Search

Minggu, Maret 31, 2013

Mengapa Air Laut Terasa Asin?


Ada dua petunjuk yang dapat memberikan kita jawaban akan hal ini. Pertama, air "tawar" tidak sepenuhnya bebas dari garam terlarut. Bahkan air hujan memiliki jejak zat terlarut di dalamnya, yang ikut tercampur sewaktu air hujan melewati atmosfer. Ketika air hujan melewati tanah dan merembes melalui bebatuan, ia akan melarutkan beberapa mineral, proses ini disebut dengan pelapukan. Air tanah ini juga merupakan air yang kita minum, dan tentu saja, kita tidak bisa merasakan rasa asin mineral garam karena konsentrasinya yang terlalu rendah.

Selanjutnya, air yang mengandung sejumlah kecil mineral atau garam terlarut ini akan mencapai sungai dan terus mengalir menuju ke danau atau lautan. Namun, penambahan tahunan dari garam terlarut oleh sungai hanya merupakan jumlah yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah garam di laut. Diperkirakan, garam-garam terlarut yang dibawa oleh semua sungai di dunia akan memiliki jumlah yang sama dengan garam di laut setelah sekitar 200 hingga 300 juta tahun.

Petunjuk kedua tentang bagaimana laut terasa asin adalah adanya danau garam seperti Great Salt Lake dan Laut Mati. Keduanya sekitar 10 kali lebih asin daripada air laut. Lalu mengapa kedua danau ini asin sementara sebagian besar danau di dunia tidak? Danau adalah tempat penyimpanan sementara untuk air. Sungai akan membawa air ke danau, dan sungai lainnya akan membawa air dari danau. Dengan demikian, danau dapat dikatakan hanya merupakan bagian yang luas dalam saluran sungai yang berisi air. Dimana air mengalir di satu ujung dan keluar di ujung yang lain dari danau.

Great Salt Lake, Laut Mati dan danau garam lainnya tidak memiliki saluran keluar. Semua air yang mengalir ke danau ini lolos hanya melalui penguapan. Sementara air menguap, garam-garam terlarut akan tertinggal. Setelah bertahun-tahun air masuk sungai dan menguap, kandungan garam dari air danau akan mencapai tingkat yang sangat tinggi. Proses yang sama juga lah yang membuat air laut menjadi asin. Sungai membawa garam terlarut ke laut. Air menguap dari lautan untuk jatuh lagi sebagai hujan dan kembali menuju sungai, tetapi garam tetap tertinggal di laut. Dan karena volume lautan yang sangat besar, maka dibutuhkan waktu selama ratusan juta tahun dari aliran sungai untuk mengisi garam sampai mencapai ke tingkat yang sekarang ini.

Namun, kini para ilmuwan telah mengetahui bahwa sungai bukan lah satu-satunya sumber garam terlarut. Terdapat fitur di puncak pegunungan laut yang dikenal sebagai lubang hidrotermal, yang merupakan tempat di dasar laut dimana air laut akan meresap ke dalam batuan kerak samudera, selanjutnya mengalami proses pemanasan, dan melarutkan beberapa mineral dari kerak samudera ke dalam laut. Karena air panas akan lebih mudah dalam melarutkan mineral. Maka lebih banyak mineral yang terlarut untuk memberikan kontribusi pada salinitas air laut.

Proses akhir yang menyediakan garam ke lautan adalah aktivitas vulkanik bawah laut, yaitu letusan gunung berapi bawah laut. Hal ini mirip dengan proses sebelumnya dimana air laut yang bereaksi dengan batuan panas dan melarutkan beberapa unsur mineral. Jadi pada intinya, dimana pun air bersentuhan dengan batuan dari kerak bumi, baik di darat atau di laut atau di dalam kerak samudera, beberapa mineral dalam batuan akan larut dan terbawa air ke laut.

Lalu akankah lautan menjadi lebih asin lagi nantinya? Beberapa temuan menunjukkan bahwa sepertinya lautan tidak akan menjadi lebih asin lagi. Faktanya, air laut telah memiliki kandungan garam yang sama untuk ratusan juta bahkan miliaran tahun ini. Konsentrasi garam pada air laut telah mencapai kondisi yang disebut "steady state". Jadi, garam terlarut tambahan yang masuk ke laut akan disingkirkan dari air laut dengan cara mengendapkan mineral baru di dasar laut secepat sungai dan proses hidrotermal menyediakan garam baru.


Tidak ada komentar: